Selamat Datang di Laman Resmi SD Negeri 4 Nyalian - Sekolah unggul, mandiri dan berahlak mulia.

Bagaimana Menyusun Asesmen Diagnostik Kurikulum Merdeka?

 

Apakah Asesmen Diagnostik itu?

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, asesmen diagnostik adalah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik. Kegiatan asesmen diagnostik ini harus dilakukan secara berkesinambungan agar guru bisa memonitor setiap perubahan atau perkembangan peserta didiknya. Dengan demikian, guru bisa terus update dan menyempurnakan instrumen pembelajaran yang tepat untuk peserta didik.
Asesmen diagnostik tidak hanya bermanfaat bagi peserta didik, namun juga untuk guru. Adaun manfaat asesmen diagnostik adalah:
  • Peserta didik akan mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dan kondisinya.
  • Peserta didik bisa lebih aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
  • Pencapaian peserta didik bisa meningkat.
  • Guru bisa lebih mudah membuat rancangan pembelajaran yang mengakomodir kompetensi dan kondisi peserta didiknya.
  • Guru bisa mendapatkan umpan balik dari peserta didik di setiap pembelajaran.

A. Asesmen Diagnostik Kognitif

Asesmen diagnostik kognitif adalah asesmen yang dilakukan di awal dan akhir pembelajaran untuk memantau sejauh mana peserta didik bisa memahami materi pembelajaran. Kegiatan asesmen semacam ini harus dilakukan secara rutin sebelum Bapak/Ibu memulai dan setelah mengakhiri pembelajaran atau biasa disebut asesmen formatif. Tidak hanya itu, asesmen kognitif juga bisa dilakukan di pertengahan atau akhir semester dalam bentuk ujian atau biasa disebut asesmen sumatif.
Adapun tujuan asesmen diagnostik kognitif adalah sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi pencapaian kompetensi peserta didik
  • Merancang pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi rata-rata peserta didik
  • Membentuk kelas remedial yang mampu mengakomodir peserta didik dengan kemampuan di bawah rata-rata

B. Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

Asesmen diagnostik non-kognitif adalah asesmen yang dilakukan untuk mengetahui kondisi psikologi, emosi, dan sosial peserta didik. Artinya, asesmen ini lebih mengarah pada kondisi personal peserta didik. Tentu Bapak/Ibu memahami betul bahwa kondisi personal peserta didik akan mempengaruhi pencapaiannya di sekolah. Misal, peserta didik yang tidak merasa nyaman di rumah karena masalah keluarga, pasti ia juga sulit untuk fokus saat di sekolah.

Adapun tujuan asesmen diagnostik non-kognitif adalah sebagai berikut:
  • Memahami tingkat kesejahteraan psikologi, emosi, dan sosial peserta didik
  • Mengetahui aktivitas peserta didik saat belajar di rumah
  • Memahami kondisi keluarga peserta didik
  • Memahami latar belakang pergaulan peserta didik
  • Mengidentifikasi karakter, minat, serta gaya belajar peserta didik

Bagaimana Tahapan Asesmen Diagnostik?

Setiap jenis asesmen memiliki tahapan yang berbeda-beda karena hasil akhir yang dicapai juga berbeda. Tahap untuk masing-masing asesmen adalah sebagai berikut.

Tahap Asesmen Diagnostik Kognitif

Adapun tahap asesmen diagnostik kognitif adalah sebagai berikut:
Cara melakukan asesmen diagnostik diawali dengan persiapan. Adapun persiapan meliputi hal-hal berikut:
  • Membuat jadwal pelaksanaan asesmen.
  • Mengidentifikasi materi asesmen sesuai dengan KD yang telah disediakan oleh Kemendikbudristek.
  • Menyusun pertanyaan sederhana, yang mencakup 2 pertanyaan sesuai capaian pembelajaran baru, 6 soal kelas satu tingkat di bawahnya, dan 2 soal dua tingkat di bawahnya. Misalnya, saat ini Bapak/Ibu mengampu IPA Kelas 6, maka pertanyaannya memuat 2 soal kelas 6 semester 1, 6 soal kelas 5 (semester 1 dan 2), dan 2 soal kelas 4 semester 2.
Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan pengerjaan soal-soal asesmen oleh peserta didik. Soal diberikan untuk semua siswa, baik siswa tatap muka atau siswa daring (jika menerapkan hybrid learning).
Langkah-langkah di tahap ini meliputi:
  • Mengolah hasil asesmen
  • Untuk mengolah hasil asesmen, Bapak/Ibu bisa membuat skor misal 1 – 5 atau berupa pernyataan misal “Paham utuh”, “Paham sebagian”, atau “Tidak paham”.
  • Hitung rata-rata peroleh kompetensi peserta didik.
  • Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, Bapak/Ibu bisa membagi peserta didik ke dalam tiga kelompok.
Jika perolehan peserta didik sama dengan rata-rata kelas, peserta didik akan diajar oleh guru kelas yang bersangkutan sesuai dengan fasenya.
Jika perolehan peserta didik di bawah rata-rata guru yang bersangkutan akan memberikan pendampingan berupa materi tambahan.
Jika perolehan peserta didik di atas rata-rata, peserta didik tersebut bisa mengikuti pengayaan.

Tahap Asesmen Diagnostik Non Kognitif

Adapun tahap asesmen diagnostik non kognitif adalah sebagai berikut:
Tahap persiapan asesmen diagnostik non kognitif SMA, SMP, maupun SD adalah sebagai berikut:
  • Siapkan instrumen asesmen yang meliputi gambar atau emoji yang mendukung suasana hati seseorang.
  • Membuat tabel atau pernyataan atau pertanyaan sejenis kuesioner yang dihubungkan dengan gambar atau emoji di poin sebelumnya.
  • Contoh pertanyaan asesmen diagnostik non kognitif adalah “Apa yang sedang kamu rasakan saat ini?”, “Apa kamu merasa nyaman saat belajar?”, “Apa kegiatanmu setelah pulang sekolah?”, “Pengalaman apa yang paling berkesan buatmu?”, dan masih banyak lainnya.
Tahap pelaksanaan. Di tahap ini, peserta didik harus mengisi instrumen asesmen yang telah Bapak/Ibu buat. Pengisian dilakukan secara jujur tanpa ada tekanan atau paksaan. Agar pengisian bisa berjalan sesuai harapan, berikan waktu bagi peserta didik untuk berpikir.

Tahap diagnostik tindak lanjut, guru menganalisis kondisi psikologi dan emosional peserta didik melalui hasil asesmen. Pendekatan dan melibatkan orang tua jika diperlukan.

0 Komentar